Jumat, 16 Mei 2014

Bagaimana Berdebat Dengan Para MunafiK


Share on facebooShare on twitteShare on emaiShare on prinMore Sharing Servic

Beberapa kali mungkin kita terjebak dalam debat. Kadang malah terlihat tak berujung. Akhirnya malah terjadi saling tuding, saling hina, bahkan tak jarang kata-kata kasar terlontar. Baru saja, sebelum menuliskan catatan singkat ini, saya membaca tulisan seorang saudara di akun twitternya.
Darinya, ada beberapa hal yang perlu disampaikan di sini terkait sikap seorang da’i dalam menghadapi orang-orang munafiq. Allah berfirman,
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. (QS al A’raaf 199)
Mengomentari ayat ini, Sayyid Quthb, dalam Zhilal, berkata, ” Inilah arahan-arahan rabbaniyah di dalam menghadapi kejahiliyahan yang sangat buruk, di dalam menghadapi kemanusiaan yang tersesat. Arahan rabbani menyeru da’i untuk berlapang dada dan toleran. Juga supaya menyampaikan perintah dengan jelas untuk melakukankebaikan yang sudah dikenal oleh fitrah manusia dengan lapang dengan tidak mempersulit dan tidak memperberat. Juga supaya ia berpaling dari tindak kejahiliyahan, dengan tidak menjatuhkan hukuman pada mereka, tidak mengajaknya/melayaninya berdebat, dan tidak ikut bersama-sama mereka”, ujarnya.
Apabila mereka melampaui batas dan menimbulkan kebencian dengan keras kepala dan menghalang-halangi, dan setan mengembuskan kebencian itu, maka hendaklah seorang da’i memohon perlindungan pada Allah agar hatinya tenang, tenteram, dan bersabar.
Sementara itu, Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, berkata, Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan dia menceritakan sebuah kisah mengenai Umar ketika salah satu tamunya membuatnya marah. Maka al Hur bin Qais berkata padanya, “Yaa amiral mu’minin, sesungguhnya Allah ta’ala berfirman pada nabi, ‘Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah dengan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang bodoh’.”
Ibnu Jarir berkata bahwa sesungguhnya nabi telah memerintahkan agar dia menyuruh pada yang ma’ruf pada hamba-hambanya. Termasuk dalam yang ma’ruf itu adalah segala ketaatan, dan menyuruh berpaling dari orang-orang yang bodoh…
Mari tetap bersikap dingin menghadapi orang-orang munafiq. Sebab, Allah berkata bahwa memang seperti itulah tabiat mereka. Mereka akan tetap bersikap seperti itu hingga mereka mau mengubah apa yang ada dalam dirinya, yang kemudian berakibat pada turun tangannya Allah dalam mengubah hatinya, dalam mengubah sikapnya.
“Dan jika dikatakan pada mereka, “Marilah (kembali) pada apa yang diturunkan oleh Allah dan kepada rasulnya.” kamu pasti akan melihat orang2 munafiq itu menghalang2i kamu dengan keras”. (QS an Nisaa’ 61)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada dalam qaum itu, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”. (QS ar Ra’d 13)
Menghadapi mereka, Allah memerintahkan kita untuk memberikan “qaulan baliigha” pada mereka.
“Mereka itu adalah orang2 yang Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka. Krn itu, berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah pada diri mereka qaulan baliigha (perkataan yang membekas)”. (QS an Nisaa’ 63)
Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan qaulan baliigha itu? Untuk lebih mudahnya, mari kita simak nasihat Syaikh Utsaimin berikut ini. Beliau, dalam ash Shohwatul Islamiyyah, berkata bahwa bashirah, khususnya dalam da’wah itu ada tiga: pertama, bashirah ‘alaa ilmi. Kedua, bashirah ‘alaa mad’u. Ketiga, bashirah ‘alaa da’wah.
Yang pertama, bashirah ‘alaa ilmi. Pengetahuan atau penguasaan atas ilmu. Yang ini jelas merupakan syarat da’wah pertama. Tidak perlu saya jelaskan lagi lebih jauh. Sebab apa lagi yang akan dijelaskan oleh seorang da’i selain ilmu mengenai Islam? Bukankah mereka yang tak memiliki sesuatu tak dapat memberikan sesuatu?
Mengenai hal ini, Syaikh Utsaimin berkata, Sebagian orang menghukumi sebagian perkara yang bukan merupakan kewajiban sebagai perkara yang wajib; dibangun dengan ijtihad yang keliru, ta’wil, dan syubhat yang tiada dasarnya. Apalagi menjadikan hal tersebut sebagai tolok ukur wala’ dan bara’! Apabila ia menjumpai seseorang yang berbeda pendapat dengannya, ia benci dan marah dengannya. Padahal pendapatnya sendiri telah menyelisihi al Kitab dan as Sunnah. Namun, apabila pendapat seseorang sesuai dengan pendapatnya, ia pun mencintainya.
Kedua, bashirah ‘alaa mad’u. Pengetahuan atas objek da’wah. Hal ini dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu untuk berda’wah di Yaman. Saat itu, beliau bersabda, Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum ahli kitab. (Muttafaqun ‘alaih)
Kata-kata ini tentu bukan tanpa maksud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menginginkan kita mengetahui objek da’wah sebelum berda’wah padanya. Kita patut mengetahui tingkat ilmunya, kemampuannya dalam diskusi maupun debat, dan sebagainya, supaya kita kemudian mampu mengambil hatinya dan mengajaknya pada Islam. Asy Syaikh kemudian mengutip sebuah hadis berikut, Sesungguhnya kalian akan saling mengalahkan di hadapanku, dan sebagian kalian lebih cerdas dalam mengemukakan pendapat daripada sebagian yang lain. Maka aku memutuskan perkara berdasarkan apa yang kudengar. Barangsiapa yang mengajukan perkara demi mengambil hak saudaranya, janganlah diambil. Sesungguhnya barangsiapa yang berhenti dari hal itu, terputuslah api neraka baginya. (Muttafaqun ‘alaih)
Ketiga, bashirah ‘alaa da’wah. Pengetahuan atas da’wah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kami diperintah supaya berbicara kepada manusia menurut kadar akal mereka masing-masing”. (HR. Muslim).
Ini penting, sebab tidak semua manusia memiliki standar yang sama dalam menilai perkataan orang lain. Bisa jadi, karena kita membaca al Quran dan mendapati nabi Ibrahim yang merupakan khalilullah itu sampai menyebut ummatnya sesat dengan perkataan yang jelas itu (QS 21:54), lantas kita berbuat hal yang sama.
Perlu kita perhatikan kultur masyarakat yang berkembang. Jelas berbeda kultur masyarakat nabi Ibrahim dengan kultur masyarakat kita, meski model ma’shiyatnya sama saja. Sama-sama kesyirikan yang jadi masalah. Jelas berbeda kultur masyarakat Arab zaman Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan budaya masyarakat Indonesia saat ini. Dahulu, ada sebuah qabilah yang nyaman saja disebut “bani kalb”. Tapi tentu itu tak tepat bila sebutan itu disematkan—dengan alasan apa pun—pada penduduk Indonesia. Dahulu ada sahabat yang lazim dipanggil Abu Hurairah. Tak pas pula rasanya bila panggilan ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kemudian kita sematkan pada tetangga kita yang menyukai kucing.
Untuk itu, Rasul kemudian memerintahkan kita untuk berbicara—dalam rangka berda’wah, tentu—menurut kadar akal objek da’wah. Semata supaya pesan da’wah ini tak tertinggal. Supaya maksud besarnya tak terpotong.
Ada sebuah kekhawatiran dari dalam diri saya melihat da’i yang mengabaikan rambu-rambu ini: akan ada perdebatan-perdebatan tak berkualitas yang secara perlahan tapi pasti akan menurunkan izzah para da’i di mata mad’unya. Akibatnya, belum satu kalimat terlontar dari lisan kita, keengganan mereka sudah muncul terlebih dahulu. Jadilah niat kita untuk berda’wah tak terlaksana.
Syariat ini perlu disampaikan. Salah satu wasilahnya adalah dengan cara beradu argumen (QS 16:125). Berdebat, dengan kata lain. Di sisi lain, kita mudah menjumpai ayat maupun hadis yang berisi anjuran untuk meninggalkan debat. Apalagi bila debat itu mempertanyakan hukum atau syariat Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah kebesaran mereka sekali-sekali tidak akan mencapainya. Maka mintalah perlindungan pada Allah. Sesungguhnya Ia maha mendengar lagi maha melihat. (QS al Mu’min 56)
Namun, sekali lagi, penguasaan kita terhadap medan da’wah diuji di sini, di mana kita harus menempatkan diri kita di posisi pertengahan. Lembut dalam berda’wah memang dianjurkan. Tapi jelas tidak untuk setiap saat dan tempat. Serupa debat Ibrahim ‘alaihissalam muda dengan Namrudz. Atau seperti argumen-argumen Musa ‘alaihissalam di hadapan Fir’aun.
Janganlah kamu mengikuti orang2 yang mendustakan ayat2 Allah. Mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (juga) padamu”. (QS al Qalam 8-9
)

Senin, 12 Mei 2014

Tujuh Lapisan Bumi

  Ketika para ilmuwan mulai meneliti lembah-lembah di bumi untuk mengenal struktur dan unsur-unsurnya, mereka menemukan mitos dan dongeng yang mendominasi abad-abad terakhir itu tidak memiliki dasar ilmiah. Setelah para ilmuwan menemukan bahwa bumi berbentuk bulat telur, maka mereka menduga bahwa inti bola bumi ini mempunyai suatu nukleus, dan cangkangnya adalah kerak bumi yang sangat tipis jika dibandingkan dengan ukuran bumi. Dan antara dua lapisan ini ada lapisan ketiga yang biasa disebut dengan kata mantel. Ini merupakan pengetahuan awal para ilmuwan.
Perkembangan Fakta-fakta Ilmiah
Teori Tiga Lapisan ini tidak cukup lama bertahan karena penemuan-penemuan yang terbaru di sistem geologi. Pengukuran-Pengukuran dan percobaan-percobaan terbaru menunjukkan bahwa Artikel yang berisi nukleus dari bumi itu berada di bawah tekanan yang sangat tinggi, tiga juta kali lebih dari permukaan bumi.
Di bawah tekanan seperti itu, zat berubah bentuk menjadi solid, dan hal ini pada gilirannya membuat inti bumi itu sangat solid. Inti bumi ini dikelilingi suatu lapisan zat cair dengan suhu yang sangat tinggi. Ini berarti bahwa ada dua lapisan di dalam inti bumi, bukan satu. Satu lapisan di dalam pusat yang dikelilingi lapisan zat cair.
Hal itu diketahui sesudah alat-alat pengukur dikembangkan dan memberi para ilmuwan suatu perbedaan yang jelas antar lapisan-lapisan bumi bagian dalam. Jika kita turun ke bawah bumi yang keras, kita akan menemukan lapisan batu-batu yang sangat panas, yaitu batu yang berfungsi untuk membungkus. Setelah itu ada tiga lapisan terpisah, di mana masing-masing itu berbeda kepadatan, tekanan dan suhu yang berbeda-beda.
Oleh karena itu para ilmuwan mengklasifikasi lapisan-lapisan bumi menjadi tujuh lapisan, tidak lebih.Gambar menunjukkan lapisan-lapisan ini dengan dimensi masing (beberapa di luar skala), sesuai yang ditemukan para ilmuwan baru-baru ini dengan berbagai metode seperti menggunakan alat pengukur gempa bumi dan studi medan magnetik bumi, dan juga teknik-teknik yang lain. Berbagai studi dan penemuan tersebut saat ini diajarkan kepada para mahasiswa fisika di berbagai universitas.
Gambar ini menunjukkan tujuh lapisan Bumi, memberitahukan bahwa kerak bumi adalah lapisan sangat tipis yang disusul dengan mantel dengan berbeda-beda ketebalannya, lalu disusul lapisan-lapsan yang terdiri zat cair, dan diakhiri dengan yang lapisan ketujuh, yaitu nukleus padat.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa atom terdiri dari tujuh lapisan atau tingkatan, dan hal ini membuktikan keseragaman ciptaan, di mana bumi mempunyai tujuh lapisan dan atom-atom mempunyai tujuh lapisan juga. Subhanallah.
Tujuh lapisan bumi itu sangat berbeda-beda dari segi struktur, kepadatan, suhu dan bahannya. Oleh karena itu, tidak seorang pun menganggap bumi itu hanya mempunyai satu lapisan sebagai orang di masa lampau berpikir. Di sini kita menemukan bahwa pemikiran bahwa bumi mempunyai lapisan-lapisan merupakan berkara baru dan tidak dikenal atau yang dikemukakan pada waktu al-Qur’an itu sedang diturunkan. Penemuan-penemuan ini dikemukakan para ilmuwan abad 21 kepada kita, tetapi sejak dahulu Kitab Allah telah memberitahu kita tentang hal tersebut.
Informasi di dalam al-Qur’an al-Karim
Al-Qur’an al-Karim, perkataan Tuhan, menuturkan kepada kita tentang tujuh lapisan langit dan tujuh lapisan bumi di dalam dua ayat berikut:
‘Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?’ (al-Mulk: 3)
Allah juga berfirman, ‘Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.’ (ath-Thalaq: 12)
Ayat pertama bericara kepada kedua tentang dua sifat langit: bilangan langit itu, yaitu tujuh, dan bentuk langit, yaitu berlapis-lapis. Inilah arti kata thibaqan yang kita temukan di dalam kitab-kitab tafsir al-Qur’an dan kamus-kamus bahasa Arab. Sedangkan ayat kedua menegaskan bahwa bumi itu menyerupai langit, dan hal itu diungkapkan dengan kalimat, ‘Dan seperti itu pula bumi.’ Sebagaimana langit itu berlapis-lapis, maka begitu pula bumi, dan masing-masing jumlahnya tujuh lapisan.
Informasi dalam Sunnah
Seandainya kita meneliti hadits-hadits Rasulullah saw, maka kita menemukan sebuah hadits yang menegaskan keberadaan tujuh lapis bumi, maksudnya tujuh lapis yang sebagiannya membungkus sebagian yang lain. Nabi saw bersabda, ‘Barangsiapa yang menyerobot sejengkal tanah, maka Allah akan menimbunnya dengan tujuh lapis bumi.’ (HR Bukhari) Kata menimbun di sini diungkapkan dengan kata thawwaqa yang secara bahasa berarti meliputinya dari semua sisi.
Pertanyaannya di sini adalah: Bukankah hal ini merupakan mukjizat Nabawi yang besar? Bukankah hadits yang mulia ini telah menentukan bilangan lapisan bumi, yaitu tujuh, dan menentukan bentuk lapisan itu, yaitu meliputi dan menyelubungi. Bahkan hadits ini memuat sinyal tentang bentuk bulat atau semi-bulat. Al-Qur’an dan Sunnah telah mendahului ilmu pengetahuan modern dalam mengungkapkan fakta yang ilmiah ini. Selain itu, al-Qur’an juga telah memberi kita penelasan yang tepat mengenai struktur bumi dengan menggunakan kata thibaqan

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur


kisah inpirasi Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.
Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!

Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu


Selasa, 22 April 2014

wanita adalah mutiara





Woman was made from the rib of man, She was not created from his head totop him, Not from his feet to bestepped upon, She was made from his side to be close to him, From beneath his arm to be protected by him, Near his heart to be loved by him.
Bagaimana perasaan seorang pria jika dikelilingi banyak wanita? Jika pertanyaan itu disodorkan kepada saya, maka ungkapan “bangga” nampaknya cukup mewakili perasaan saya. Saya senang setiap hari dikelilingi wanita cantik, shalihah pula. Dan tentu pada saat itu saya semakin merasa menjadi ‘pangeran’. Ups, jangan curiga dulu, karena wanita-wanita cantik nan shalihah yang saya maksud adalah istri dan dua anak saya yang keduanya ‘kebetulan’ wanita. Insya Allah.
Tidak hanya itu, sebelum saya menikah, saya juga lebih banyak disentuh oleh wanita, yakni ibu karena semenjak usia enam tahun saya memilih untuk ikut ibu saat ia bercerai dengan ayah. Sebuah naluri kedekatan anak terhadap ibunya yang tidak sekedar karena telah menghisap ratusan liter air susu ibunya, melainkan juga ikatan bathin yang tak bisa terpisahkan dari kehangatan yang senantiasa diberikan seorang ibu terhadap anaknya.
Karena itulah, dalam hidup saya tidak ingin berbuat sesuatu yang sekiranya dapat mengecewakan dan melukai seorang wanita. Namun sikap yang tepat dan bijak harus diberikan seorang pria mengingat wanita itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok, yang apabila terdapat kesalahan padanya, pria harus berhati-hati meluruskannya. Terlalu keras akan mematahkannya, dibiarkan juga salah karena akan tetap pada kebengkokannya. Meski demikian, tidak sedikit pria harus membiarkan wanita kecewa demi meluruskan kesalahan itu, toh setiap pria yang melakukan itu pun sangat yakin bahwa kekecewaan itu hanya sesaat kerena selanjutnya akan berbuah manis.
Wanita itu ibarat bunga, yang jika kasar dalam memperlakukannya akan merusak keindahannya, menodai kesempurnaannya sehingga menjadikannya layu tak berseri. Ia ibarat selembar sutra yang mudah robek oleh terpaan badai, terombang-ambing oleh hempasan angin dan basah kuyup meski oleh setitik air. Oleh karenanya, jangan biarkan hatinya robek terluka karena ucapan yang menyakitkan karena hatinya begitu lembut, jangan pula membiarkannya sendirian menantang hidup karena sesungguhnya ia hadir dari kesendirian dengan menawarkan setangkup ketenangan dan ketentraman. Sebaiknya tidak sekali-kali membuatnya menangis oleh sikap yang mengecewakan, karena biasanya tangis itu tetap membekas di hati meski airnya tak lagi membasahi kelopak matanya.
Wanita itu mutiara. Orang perlu menyelam jauh ke dasarnya untuk mendapatkan kecantikan sesungguhnya. Karenanya, melihat dengan tanpa membuka tabir hatinya niscaya hanya semu sesaat yang seringkali mampu mengelabui mata. Orang perlu berjuang menyusur ombak, menahan arus dan menantang semua bahayanya untuk bisa meraihnya. Dan tentu untuk itu, orang harus memiliki bekal yang cukup sehingga layak dan pantas mendapatkan mutiara indah itu.
Wanita itu separuh dari jiwa yang hilang. Maka orang harus mencarinya dengan seksama, memilihnya dengan teliti, melihat dengan hati-hati sebelum menjadikannya pasangan jiwa. Karena jika salah, ia tidak akan menjadi sepasang jiwa yang bisa menghasilkan bunga-bunga cinta, melainkan noktah merah menyemai pertikaian. Ia tak akan bisa menyamakan langkah, selalu bertolak pandang sehingga tak memberikan kenyamanan dan keserasian. Ia tak mungkin menjadi satu hati meski seluruh daya dikerahkan untuk melakukannya. Dan yang jelas ia tak bisa menjadi cermin diri disaat lengah atau larut.
Wanita memiliki kekuatan luar biasa yang tak pernah dipunyai lawan jenisnya dengan lebih baik. Yakni kekuatan cinta, empati dan kesetiaan. Dengan cintanya ia menguatkan langkah orang-orang yang bersamanya, empatinya membangkitkan mereka yang jatuh dan kesetiaannya tak lekang oleh waktu, tak lebur oleh perubahan.
Dan wanita adalah sumber kehidupan. Yang mempertaruhkan hidupnya untuk sebuah kehidupan baru, yang dari dadanya dialirkan air susu yang menghidupkan. Sehingga semua pengorbanannya itu layak menempatkannya pada kemuliaan surga, juga keagungan penghormatan. Tidak berlebihan pula jika Rasulullah menjadi seorang wanita (Fathimah) sebagai orang pertama yang kelak mendampinginya di surga.
Untung saya bukan penyanyi ngetop yang menjadikan wanita dan cintanya sebatas syair lagu demi meraup keuntungan. Sehingga yang tampak dimata hanyalah wanita sebatas bunga-bunga penghias yang bisa dicampakkan ketika tak lagi menyenangkan. Kebetulan saya juga bukan bintang sinetron yang kerap diagung-agungkan wanita. Karena kalau saya jadi mereka, tentu ‘kebanggaan’ saya dikelilingi wanita cantik bisa berbeda makna dengan kebanggaan saya sebagai seorang yang bukan siapa-siapa.
Bagusnya juga wanita-wanita yang mendekati dan mengelilingi saya bukanlah mereka yang rela diperlakukan tidak seperti bunga, bukan selayaknya mutiara dan tak selembut sutra. Bukan wanita yang mencampakkan dirinya sendiri dalam kubangan kehinaan berselimut kemewahan dan tuntutan zaman. Tidak seperti wanita yang rela diinjak-injak kehormatannya, tak menghiraukan jerit hatinya sendiri, atau bahkan pertentangan bathinnya. Juga bukan wanita yang membunuh nuraninya sendiri sehingga tak menjadikan mereka wanita yang pantas mendapatkan penghormatan, bahkan oleh buah hatinya sendiri.

Kamis, 27 Maret 2014

Ingat Lah Tujuan Hidup Mu


                                                                                              Herdy Anwar: 27 Maret 2014

jalan
Di antara ciri dan sifat al-Qur’an dalam menyampaikan pesan adalah bahwa ia sering mengulang-ulang atau menyebutkan berulang kali peringatan atau kabar gembira yang sama dalam sekian banyak ayatnya yang berbeda tempat. Bahkan ada ayat tentang kewajiban bersyukur atas nikmat yang sampai disebutkan berulang kali hanya dengan jeda-jeda yang cukup pendek berupa ayat-ayat pengiring lainnya. Tak lain pengulangan tersebut adalah untuk mengingatkan kita tentang pentingnya kandungan ayat yang dimaksud.
Sebagaimana al-Qur’an mengulang-ulang pesan berupa peringatan dan kabar gembira dalam ayat-ayatnya dikarenakan pentingnya pesan-pesan tersebut, mungkin kita juga perlu mengulang-ulang pertanyaan yang sangat penting dalam kehidupan kita, yaitu mengapa dan untuk apa kita dilahirkan dan hidup di dunia ini. Mengulang-ulang pertanyaan tersebut bukan agar kita mengingat-ingat kembali masa kelahiran kita yang telah berlalu, melainkan agar kita memiliki alasan yang kuat untuk menjalani kehidupan di masa kini dan mendatang, yang mana pasti diiringi dengan ujian suka dan duka.
Mengapa dan untuk apa kita dilahirkan di dunia ini adalah pertanyaan yang mungkin tampak sederhana namun sangat mendasar dan mendesak agar kita dapat memaknai gerak kehidupan kita di dunia ini. Jika manusia ditanya mengapa dan untuk apa mereka berada di ruang tunggu kereta, maka mereka akan mungkin menjawab dengan jawaban yang sama, yaitu menunggu kedatangan kereta. Namun jika mereka ditanya mengapa dan untuk apa mereka berada di dunia ini, maka mungkin jawaban mereka pun akan sangat beragam dan berbeda satu sama lain.
Bagi kita orang-orang yang beriman, alasan mengapa kita berada di dunia ini adalah satu, yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Pencipta kita, Allah SWT. Al-Qur’an menyebutkan hal tersebut dalam ayat-ayatnya, di antaranya adalah yang artinya berikut ini:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyaat: 56)
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah.” (Al-Bayyinah: 5)
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.’” (Al-An’aam: 162)
“Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”(Al-Hijr: 99)
Dari beberapa ayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya alasan kita dilahirkan dan hidup di dunia ini tak lain adalah agar kita beribadah kepada Allah SWT, dan bukan untuk yang lainnya. Ibadah tersebut bukan terbatas pada kegiatan ritual yang mana merupakan sarana langsung untuk berhubungan kepada Allah SWT, melainkan juga segenap kegiatan non-ritual sehari-hari. Sehingga dengan memaknai ibadah dengan arti yang demikian, seorang Muslim manapun akan tetap berada dalam ibadah meskipundia tidak sedang melaksanakan kegiatan ritual.
Kegiatan apapun selama bukan untuk melanggar perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, niscaya akan bermakna ibadah jika kita meniatkannya sebagai ibadah. Makan, minum, bekerja, istirahat, olahraga, dan seterusnya, semuanya adalah bagian dari kehidupan kita yang juga dapat bermakna ibadah. Dan semua orang dari kita memiliki kesempatan yang sama untuk beribadah non-ritual meskipun masing-masing memiliki kegiatan yang berbeda, karena memang perbedaan kegiatan adalah sebuah ketentuan yang telah dikehendaki oleh Allah SWT yang justru dimaksudkan agar masing-masing saling melengkapi.
Tidak ada salahnya menjadi ‘hanya’ petugas kebersihan, ‘hanya’ pedagang kaki lima, dan ‘hanya-hanya’ yang lainnya, selama tetap memahami tujuan hidup yang sesungguhnya di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah SWT, terutama ibadah yang ritual. Yang salah adalah yang bahkan lebih dari itu namun justru melupakan tujuan hidup tersebut. Karena ketiadaan beragam profesi yang ‘hanya-hanya’ semacam itu akan justru menciptakan ketidakseimbangan dalam kehidupan manusia. Dan ini bukan berarti untuk menghalangi kita dari memiliki cita-cita yang lebih tinggi dari itu jika memang kita diberi kemampuan untuk itu, melainkan agar justru kita sadar bahwa kita semua hanyalah hamba-hamba-Nya yang lemah dan tak berdaya jika Allah SWT tidak memberikan kekuatan dan kemampuan. Sesungguhnya tiada seorang pun yang pernah memesan untuk dihidupkan dalam keadaan kuat ataupun lemah, melainkan semua itu hanyalah pemberian, sekaligus sebagai ujian kesyukuran dan kesabaran. Karena jika memang manusia bisa memesan, tentu tidak akan ada yang ingin menjadi orang yang tak mampu dan lemah. Sesungguhnya, kewajiban kita hanyalah menyadari bahwa segala kekuatan dan kemampuan yang ada dalam diri setiap makhluq hanyalah milik Allah SWT, dan bukan milik makhluq itu sendiri.
Semoga kita bisa saling melengkapi satu sama lain di samping segala kelemahan dan kekurangan kita masing-masing. Tiada manusia yang tidak memiliki kelemahan dan kekurangan, karena memang yang sempurna hanya Allah SWT. Yang terjun di medan perang bisa tetap berperang dengan baik, dan yang fokus belajar agama (Islam) juga bisa belajar dengan lebih baik. Semuanya saling memerlukan dan akan saling melengkapi. Hanya milik Allah SWT sajalah segala kebenaran, hidayah dan taufiq.
Wallaahu a’lam
.

Rabu, 19 Maret 2014

kriteria PEMIMPIN

                   10 Kriteria Pemimpin Menurut Islam ::
Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya :
1. Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
2. Niat yang Lurus
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
3. Laki-Laki 
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
5. Berpegang pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Allah berfirman,
”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
7. Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,
” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
9. Tegas
ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
10. Lemah Lembut 
Doa Rasullullah :
"Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya"
Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki STAF. STAF disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah Sidiq(jujur), Tablig(menyampaikan), amanah(dapat dipercaya), fatonah(cerdas)
Sidiq itu berarti jujur.
Bila seorang pemimpin itu jujur maka tidak adalagi KPK karena tidak adalagi korupsi yang terjadi dan jujur itu membawa ketenangan, kitapun diperintahkan jujur walaupun itu menyakitkan.Tablig adalah menyampaikan, menyampaikan disini dapat berupa informasi juga yang lain. Selain menyampaikan seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat diperlukan rakyatnya karena Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Amanah berarti dapat dipercaya. Rasulullah bersabda,
” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim).
Karena itu seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya.Fatonah ialah cerdas. Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.
Setelah kita mengetahui sebagian ciri- ciri pemimpin menurut islam. Marilah kita memilih dan membuat diri kita mendekati bahkan jika bisa menjadi seperti ciri- ciri pemimpin diatas karena kita merupakan Mahasiswa dan sebagai penerus bangsa.

Rabu, 12 Maret 2014

Awas Ada Kristen Yang Meniru Persis Islam, Dari Shalat, Puasa Pakaian, Bahasa, Sampai Kesehariannya


Jangan kaget bila anda menemukan orang yang shalat, berjilbab atau berbaju muslim dg jubah atau peci, berbahasa arab, kaligrafi arab, dan lainnya yang sangat mirip dengan budaya Islam. Itulah sekte Kristen Ortodox Syiria (KOS). Ini cirinya 

DASAR-DASAR AJARAN KOS MIRIP ISLAM
1. KOS berpuasa bulan April, 40 hari (shaumil kabir) Untuk mengenang kesengsaraan Kristus.(Meniru Puasa Ramadhan)
2. KOS memiliki puasa sunnah Rabu & Jum’at (Meniru Puasa Senin Kamis Islam)
3. KOS wajib zakat 10% dari penghasilan kotor (Meniru Zakat Fitrah)
4. KOS mewajibkan perempuan berjilbab & jubah menutup aurat hingga mata kaki. Dan yang pria berpeci dan bersarung



5. Kitab Injil yang dipertahankan adalah terjemahan Injil Aramic-Arabic bahasa Indonesia.
6. Pengajian KOS juga menggunakan tikar (lesehan), (Meniru gaya tradisional Islam)
7. Cara Shalat persis Islam, hanya waktunya ada 7 yaitu sa'atul awwal (shubuh), sa'atuts tsalis (dhuha), sa'atus sadis (Zhuhur), sa'atut tis'ah (ashar), sa'atul ghurub (maghrib), sa'atun naum (Isya'), dan sa'atul layl (tengah malam/tahajud).

Cara Shalat Kristen



KOS menyusup ketengah masyarakat islam, dengan menyamar/menyerupai Islam
1. Mengadakan Musabaqoh Tilawatil Injil (MTI) dengan menggunakan Alkitab/Injil berbahasa Arab (Mirip MTQ Islam)
2. Mengadakan acara rawi dan shalawatan (Mirip pembacaan/pengajian syarah hadits)
3. Mengadakan acara Nasyid, bahkan namanya Islami “Amin Albarokah“ & Qasidah Kristen (lirik arab berisi injil)


4. Untuk menjadi pengikut KOS, jama’ah harus menjalani pembaptisan “Abuna Abraham Oo Men”.
6. Terlihat sangat santun & membiasakan berbahasa Arab (Ana, Antum, Syukron, dsb).
7. Membudayakan kaligrafi Kristen

Metodologi da’wah yang menyerupai umat Islam karena KOS berasal dari Syria.
- KOS tidak memakai 12 syahadat Iman Rasuli umat Kristen, diganti ”Qanun al-Iman al-Muqaddas”.
- Penggunaan istilah islami, seperti ”Sayyidina Isa Almasih” (Yesus).
- Mereka juga memakai Injil berbahasa Arab (Alkitab AlMuqaddas).

- Prinsip ajaran KOS masih berputar sekitar masalah trinitas, adanya Tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan ibu.
- Dan juga Yesus peranakan Maria, memiliki sifat insaniyah (sifat seperti manusia): tidak tahu musim, (Mar 11: 13), lemah (Yoh 5:30), takut (Mat 26:37), bersedih (Mat 26:38), menangis (Yoh 11:35), tidur (Mat 8:24), lapar (Mat 4:2), haus (Yoh 19:28),dsb.

Perbedaan Prinsip ajaran Islam dengan Kristen Ortodoks Syiria
1. Islam menolak ketuhanan Yesus (Qs. Al Maaidah 72) dan mendudukan sebagai nabi, sedangkan KOS mengakui Yesus sebagai Tuhan.
2. Islam berkeyakinan bahwa Tuhan itu tidak punya Ayah & Ibu (Qs. Al Ikhlash 3), sedangkan KOS berkeyakinan adanya Tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan ibu. Maria sebagai Walidatul ilah (Ibu Tuhan).
3. Islam memegang teguh kesucian nama & sifat Allah: Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan, Allah Maha Mengetahui, Maha Kuat, Mha Melihat, Tidak tidur dan tidak serpa dengan makhlukya, dan sebagainya. Sementara KOS tidak kuasa membendung kekurangan-kekurangan dalam sifat kemanusiaan Yesus yang tertulis dalam Alkiab.

Mengapa ini dilakukan oleh Kristen
- Karena agama Kristen Ingin berkembang pesat seperti Islam, walau tanpa (kristenisasi)
- Karena Kristen tidak ada kepastian cara peribadatan, hanya dari mitos, dongeng sebelum tidur
- Cara ini dibuat untuk mengkaburkan /menjebak secara halus perbedaan antara agama Islam dan Kristen

 - Penggunaan logo Islami

Dan tidak bisa dipungkiri lagi kejahatan berjubah, prostitusi berjilbab adalah umat yang menyamar ini/kristen demi membersihkan nama baik agamanya dan mengakui beragama Islam, demi memfitnah Islam?.

Dan Remaja-remaja yang alim atau berjilbab melakukan freesex mengikuti Valentine's Day (acara kristen) adalah remaja Kristen ?

Dan pelaku teroris adalah pelaku konspirasi yahudi kristen dan menyamar berjubah/cadar/janggut/aksesoris ala Islam?

Semua jadi sulit dibedakan mana lawan mana kawan

Oleh karena itu kita harus hati-hati sesuatu yang meyakinkan tampilannya, tetap berpegang pada Ajaran Islam yang murni (Sesuai sunnah-sunnah nabinya)

PANDAI-PANDAILAH BERBHASA ARAB, TAHU ARTINYA DAN TULISANNYA, INSYA ALLAH TIDAK TERJEBAK


BERKOMENTARLAH YANG BAIK, BAGI YANG PANDAI BAHASA ARAB BANTU TERANGKAN KEPADA MEMBER YANG LAIN, AWAS ADA BANYAK LIBERALISME DAN JUGA NON-ISLAM YANG MAMPIR DI POSTINGAN INI DAN JANGAN TERVOPROKASI, KAMI SELAKU ADMINT HANYA INGIN MENYAMPAIKAN BAHAYA LATEN KRISTENISASI INI.

Ingat :  “Barangsiapa yang tasyabbuh dengan satu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud didalam Sunannya dan lainnya)